Pingyoa, Kota Tua Eksotis, Terjaga Lebih dari 2000 Tahun - radarpesbar.com | Radar Pesbar Online

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

Rabu, 14 Agustus 2019

Pingyoa, Kota Tua Eksotis, Terjaga Lebih dari 2000 Tahun


TETAP EKSOTIS - Kota tua Pingyoa yang terletak di 23 Ma Juan Xiang, Pingyoa Qian, Jinzhong, Provinsi Shanxi Tengah, Tiongkok.

TIONGKOK adalah negara yang kaya akan budaya, namun bisa tetap mempertahankan tradisi seiring dengan perkembangan zaman. Salah satunya Kota Pingyoa, Shanxi. Tidak heran, makin banyak orang yang memilih Tiongkok sebagai tempat liburan. Rombongan pemimpin redaksi dan pimpinan media cetak, elektronik Provinsi Lampung pun Rabu, 14 Agustus 2019 berkesempatan mengunjungi kota tua tersebut. Berikut laporan Direktur Radar Lambar sekaligus GM Radar Lampung, H. Purna Wirawan langsung dari Pingyoa Xian, Jinzhong Shi, Tiongkok:
---------------------

Tepat pukul 05.00 pagi waktu Tiongkok. Waktu lebih cepat satu jam dari WIB. Telpon kamar hotel Oscar tempat kami menginap di seputar Wutaishan National Park berdering. Tidak jelas apa yang dikatakan suara diujung telpon. Maklum, bahasa Mandarin. Tetapi kira-kira suara itu menyuruh bangun lebih pagi. Karena memang sudah menjadi kesepakatan rombongan kami sebelumnya.

Pukul 06.00 rombongan langsung berangkat.  Tujuan kami kali ini Kota Pingyao. Kota ini berada di Provinsi Shanxi Tengah. Kota ini adalah sebuah kota setingkat kecamatan. Terletak sekitar 715 km dari Beijing dan 80 km dari ibu kota provinsi, Taiyuan. Pada masa Dinasti Qing, Pingyao merupakan pusat finansial. Kota Shanghai di Tiongkok kala itu.

Namun, sebelum mengunjungi kota tua tersebut rombongan terlebih dahulu singgah di Kota Qixian, Jinzhong Shi, kota kelahiran leluhur Sekretaris PSMTI Lampung, Steven Cheng. Mengharukan. Karena ternyata, ini kedatangan pertama kalinya pemilik kursus bahasa mandarin Han Yuan Lampung tersebut.

Menurut Steven, kota ini adalah tanah kelahiran kakek dari ibu kandungnya. Namun, sekitar tahun 1949 silam kakeknya meninggalkan kota kelahirannya dan tidak pernah kembali.

"Ibu saya sudah meninggal sejak 6 tahun lalu. Sebelum meninggal ibu saya menyampaikan keinginannya agar suatu saat saya bisa datang ke tanah kelahiran ini. Tiga hari lagi, ibu saya akan merayakan ulang tahun ke-76. Jadi saya kesini memenuhi keinginan dan janji saya," jelas Steven.

Saat pertemuan berlangsung kami pun ikut larut dalam keharuan. Selang beberapa lama kemudian, Steven didampingi keluarga yang baru ditemui melanjutkan ke lokasi ziarah. Sedangkan rombongan kami bersama David selaku pemandu melanjutkan perjalanan menuju kota tua Pingyao.

Setibanya di kota tua tersebut, lagi-lagi kami dibuat takjub. Ternyata, kota tua yang menurut keterangan dan prasasti mempunyai sejarah panjang hingga mencapai 2700 tahun ini masih terjaga dengan baik.

Menariknya lagi, kota tua ini masih dihuni oleh masyarakat. Pada saat ini, terdapat sekitar 50 ribu penduduk yang mendiami wilayah kota Pingyao. Bahkan kota ini masuk dalam salah satu daftar World Heritage Site UNESCO. Dan tentu saja, pada saat ini Pingyao menjadi destinasi wisata yang cukup populer.

Daya tarik utama dari Pingyao ini adalah pada kondisi bangunan serta infrastrukturnya yang masih terjaga dengan baik. Bahkan di sini terdapat sekitar 4000 bangunan rumah bergaya Ming dan Qing yang masih berdiri. Selain itu, di sekitar Pingyao juga bisa dijumpai 300 situs kuno bersejarah.

Sebagai sebuah kota tua, Pingyao ini dikenal mempunyai beberapa situs bersejarah. Di antaranya ada tiga tempat yang kerap memperoleh sebutan Three Treasures of Pingyao. Yakni, kuil City Wall Pingyao, Zhengguo Temple dan Shuanglin Temple.

City Wall Pingyao dianggap sebagai harta yang paling berharga. City Wall Pingyao ini dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Western Zhou yang memerintah Cina dari mulai abad 11 hingga 771 sebelum Masehi. Sempat mengalami perbaikan pada era Dinasti Ming, karena berperan penting untuk peningkatan pertahanan kota.

Kuil ini terbagi menjadi dua bagian, yakni bagian depan serta bagian belakang. Pintu gerbang Kuil Buddha ini kerap disebut dengan nama Tianwang Hall, mempunyai sebuah bell tower di sebelah kiri serta drum tower di sebelah kanannya. Di bagian tengah, terdapat Ten Thousand Buddha Hall. Sementara  pada bagian belakang terdapat kuil Kwan-yin yang dikenal sebagai Belas Kasih serta Kuil Dizang yang merupakan dewa kematian.

Selanjutnya  Kuil Shuanglin yang berada di sebuah desa bernama Qiaotou, berjarak sekitar 6 kilometer dari Pingyao. Kuil yang satu ini dikenal sebagai museum patung kuno berwarna karena di dalamnya terdapat lebih dari 2000 patung warna-warni yang memperlihatkan kemampuan artistik dari para pemahat dari Dinasti Song, Yuan, Ming serta Qing. Shuanglin Temple ini masuk dalam daftar World Heritage Site UNESCO pada tahun 1997.

Kuil ini pun mempunyai sejarah panjang mencapai 1000 tahun. Dan di sini terdapat 10 hall, diantaranya Guan Yu Hall, One Thousand Buddha Hall, Sakyamuni Hall, Bodhisattva Hall, serta Ti-tsang Bodhisattva Hall. "Karena Kota Pingyao ini mempunyai sejarah panjang dan masih terjaga dengan baik. Itulah makanya kota ini benar-benar disebut kota tua, eksotis tetapi tetap eksis," jelas David pemandu kami.

Hanya saja, kalaupun kini Tiongkok menjadi sebagai salah salah satu tujuan wisata tetap harus memperhitungkan waktu. Sebab, Tiongkok memiliki 4 musim. Yakni, musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin.

Bulan-bulan musim semi di  Tiongkok  terjadi pada April dan Mei. Cuaca saat musim semi cenderung kering. Meskipun bukan waktu terbaik untuk berkunjung ke  Tiongkok, tetapi tetap bisa jalan-jalan dengan asik.

Musim Panas berlangsung bulan Juni hingga Agustus. Waktu pada musim ini terasa panjang, cuaca panas meski sering terjadi hujan. Rata-rata suhu di siang hari pada musim panas berada di atas 28 derajat celsius.

Karena cuaca panas dan sering turun hujan, sangat wajar jika sewaktu-waktu tiba-tiba terjadi badai. Halnya seperti yang dialami rombongan kami saat mengunjungi Wutaishan dua hari lalu. Di tengah cuaca panas dan terik tiba-tiba turun hujan intensitas ringan.

Kemudian musim gugur berlangsung dari September hingga Oktober. Ini musim paling menarik untuk berkunjung. Karen cuacanya sangat mendukung. Di musim gugur, buah dan sayuran juga sedang dipanen.

Terakhir musim dingin, terjadi pada bulan Desember hingga Februari. Ini cuaca yang tidak main-main. Pasalnya, suhu bisa mencapai di bawah 0 derajat celsius. Namun, di bulan-bulan ini banyak festival digelar dan bisa disaksikan. Diantaranya, festival patung salju terbesar di musim dingin. (Bagian 3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad